Bertemu di Beijing, Prabowo dan Xi Jinping Bahas Giant Sea Wall Pantura
kabarhalal.com – Pertemuan penting terjadi di Beijing antara Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dan Presiden China, Xi Jinping, Jumat (3 September 2025), usai perayaan 80 tahun kemenangan perang perlawanan di Great Hall of the People. Salah satu isu krusial yang diangkat adalah rencana pembangunan giant sea wall di Pantura Jawa—sebuah proyek mitigasi iklim berskala nasional yang sudah lama digulirkan.
Diskusi ini mempertegas pentingnya hubungan strategis bilateral Indonesia-China—terutama dalam menghadapi ancaman banjir rob dan penurunan muka tanah yang menghantui pesisir utara Jawa.
Makna dan Wawasan Strategis dari Pertemuan di Beijing
Percakapan bilateral ini tidak hanya soal simbol diplomasi, tapi mencerminkan keseriusan kedua pemimpin dalam menggarap proyek infrastruktur nasional sekaligus lingkungan. Dalam pertemuan itu, Prabowo menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat Xi, sekaligus memperkuat komitmennya atas kolaborasi strategis lewat proyek Pantura Sea Wall.
Ini sekaligus pengulangan posisi Indonesia soal komitmen pembangunan berkelanjutan, tanpa mengabaikan tantangan perubahan iklim pesisir. Langkah diplomatis ini mempertegas penguatan hubungan ekonomi, sambil membuka peluang investasi dan transfer teknologi.
Momentum Beijing pun era baru. Indonesia tampak menyusur jejak era Jokowi, namun menegaskan arah politik non-blok yang seimbang—tetap menjalin afiliasi ke China tapi menjaga kedaulatan regional.
Apa Itu Giant Sea Wall Pantura & Justifikasinya
Giant Sea Wall Pantura adalah megaproyek tanggul laut raksasa yang direncanakan membentang dari Banten hingga Gresik, sepanjang sekitar 500 km. Proyek ini mulai digaungkan kembali saat Prabowo menutup konferensi infrastruktur 2025.
Pembentukan “Pantura Authority” lewat Perpres No. 76P/2025 menjadi sinyal kesiapan eksekusi, dipimpin oleh Deputi Menko Marves Didit Herdiawan Asahaf. Tugasnya: merencanakan, mengelola, dan mengeksekusi pembangunan ini secara terkoordinasi.
Secara teknis, proyek ini bisa menjadi adaptasi ekstraktif—solusi cepat menghadapi iklim ekstrem, tapi menimbulkan risiko lingkungan serius. Perlu kajian mendalam agar tidak jadi maladaptasi yang merusak ekosistem pesisir dan mata pencaharian nelayan.
Manfaat Ekonomi & Dampak Sosial yang Dipersiapkan
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, proyek ini penting karena kawasan Pantura Jawa menyumbang sekitar 20% PDB nasional dengan populasi lebih dari 50 juta jiwa yang rentan terhadap rob dan abrasi.
Secara infrastruktur, kawasan Pantura menaungi 70 Kawasan Industri, 5 KEK, jalur logistik penting, dan servicing urban lain—semua terancam jika tak ada perlindungan pesisir jangka panjang.
Oleh karena itu, pembiayaan melalui skema KPBU, bahkan melibatkan investor asing seperti China dan Korea Selatan, dibuka lebar untuk mewujudkan mega-proyek ini.
Tantangan Lingkungan & Keterlibatan Komunitas Pesisir
Pengamat lingkungan menyoroti risiko pembangunan tanggul laut—terutama hilangnya ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang yang sebelumnya menjadi penangkal alami abrasi. Kehilangan habitat ini bisa berdampak jangka panjang dan sulit pulih kembali.
Nelayan tradisional di Gresik belum mendapat informasi cukup. Kekhawatiran mereka, akses lahan tangkap bisa terganggu, dan biaya adaptasi ke laut lebih dalam tidak konsisten ditunjang.
Oleh karena itu, pembentukan Pantura Authority seharusnya melibatkan kajian akademis, partisipasi masyarakat, dan pendekatan ramah lingkungan demi keadilan iklim dan sosial.
Penutup – Dari Beijing hingga Pantura: Momentum Kolaborasi untuk Keberlanjutan
Pertemuan antara Prabowo dan Xi bukan hanya diplomasi berkelas dunia—tapi titik awal kerja sama konkret membangun perlindungan masa depan Pantura Jawa. Giant Sea Wall imbuh warna baru dalam relasi Indonesia-China: bukan cuma ekonomi, tapi juga adaptasi iklim dan keselamatan masyarakat.
Semoga langgam diplomatik ini diimbangi kebijakan inklusif, pembangunan berkelanjutan, dan proses yang transparan agar Pantura bukan hanya diselamatkan dari rob, tapi juga dari kerusakan sosial dan ekologi.