Ledakan Penggunaan QRIS di Toko dan UMKM
kabarhalal.com – Tahun 2025 menjadi titik puncak adopsi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) sebagai metode pembayaran utama di Indonesia. Data Bank Indonesia menunjukkan jumlah transaksi QRIS melonjak hingga 3,2 miliar dalam setahun, naik hampir 250% dibanding 2023.
Dari kafe modern di Jakarta hingga warung kecil di desa, hampir semua pedagang kini menyediakan kode QRIS untuk pembayaran. Pengguna cukup memindai kode dengan aplikasi e-wallet atau mobile banking, tanpa perlu membawa uang tunai atau kartu fisik.
QRIS menjadi pilihan utama karena praktis, cepat, dan aman. Proses pembayaran hanya butuh beberapa detik, tanpa antrian panjang, dan langsung tercatat digital. Generasi muda yang akrab dengan teknologi menjadi motor utama pertumbuhan ini.
Dukungan Besar dari Pemerintah dan Bank Indonesia
Kesuksesan QRIS tidak lepas dari dorongan kuat pemerintah dan Bank Indonesia sejak peluncurannya pada 2019. Selama beberapa tahun terakhir, BI memberikan subsidi biaya MDR (merchant discount rate) agar pedagang tidak terbebani biaya transaksi.
Selain itu, pemerintah gencar mengkampanyekan digitalisasi UMKM dengan memberikan pelatihan, bantuan perangkat, dan insentif pajak bagi pedagang yang menerima pembayaran digital.
Pada 2024, BI meluncurkan fitur QRIS Tuntas (tanpa batas nominal) yang memungkinkan transaksi besar antar perusahaan hingga Rp20 juta per transaksi, membuka pintu bagi adopsi QRIS di sektor B2B. Kini, bukan hanya pedagang kecil, tetapi juga toko ritel besar, SPBU, hingga layanan publik menerima QRIS.
Dampak Positif QRIS bagi Ekonomi Nasional
Ledakan QRIS memberi dampak besar bagi perekonomian Indonesia. Pertama, meningkatkan inklusi keuangan. Jutaan pedagang mikro yang sebelumnya tidak punya rekening bank kini memiliki akun e-wallet untuk menerima pembayaran digital, membuka akses ke layanan keuangan formal seperti tabungan, pinjaman, dan asuransi.
Kedua, transaksi digital mempermudah pengawasan dan pencatatan keuangan. Pedagang bisa memantau arus kas harian secara otomatis, memudahkan pengajuan kredit ke bank karena memiliki riwayat transaksi jelas. Hal ini mempercepat pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UMKM).
Ketiga, pembayaran non-tunai mengurangi biaya logistik dan risiko keamanan karena tidak perlu mengelola uang tunai dalam jumlah besar. Pemerintah juga mendapat keuntungan karena perputaran uang tercatat digital, meningkatkan penerimaan pajak secara transparan.
Perubahan Perilaku Konsumen Menuju Cashless Society
QRIS turut mengubah perilaku belanja masyarakat. Konsumen kini jarang membawa uang tunai dan lebih mengandalkan dompet digital. Bahkan di pasar tradisional, pembeli lebih sering memindai QR daripada membayar dengan uang kertas.
Tren ini membuat belanja menjadi lebih cepat, efisien, dan higienis. Tidak ada lagi uang kembalian atau risiko salah hitung. Selain itu, konsumen merasa lebih aman karena tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar yang rawan pencopetan.
Generasi Z dan milenial menjadi penggerak utama budaya cashless ini. Mereka terbiasa hidup serba digital, sehingga pembayaran QRIS terasa lebih alami daripada uang fisik. Perubahan ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang menuju masyarakat tanpa uang tunai (cashless society) lebih cepat dari perkiraan.
Tantangan: Literasi Digital dan Keamanan Siber
Meski berkembang pesat, QRIS masih menghadapi sejumlah tantangan. Literasi digital di sebagian masyarakat masih rendah, terutama di daerah terpencil. Banyak pedagang lansia kesulitan mengoperasikan aplikasi pembayaran, sementara sebagian konsumen belum terbiasa dengan transaksi digital.
Selain itu, keamanan siber menjadi isu penting. Maraknya penipuan digital, phishing, dan pemalsuan kode QR memicu kekhawatiran publik. Beberapa kasus menunjukkan penipu menempelkan kode QR palsu di tempat umum untuk mencuri dana pengguna.
Untuk mengatasi ini, Bank Indonesia memperketat standar keamanan QRIS dan bekerja sama dengan penyedia layanan untuk memberikan edukasi keamanan digital secara rutin. Pengguna juga diimbau selalu memeriksa nama merchant sebelum membayar dan mengaktifkan fitur keamanan ganda di aplikasi mereka.
Masa Depan Pembayaran Digital Indonesia
Melihat tren saat ini, para analis memprediksi QRIS akan menjadi tulang punggung ekosistem pembayaran Indonesia dalam lima tahun ke depan. BI menargetkan seluruh transaksi ritel, transportasi, hingga layanan pemerintah terintegrasi QRIS.
Ke depan, QRIS akan dikembangkan ke level regional melalui kerja sama antarbank sentral ASEAN. Dengan begitu, wisatawan asing bisa membayar dengan QR mereka sendiri di Indonesia, dan sebaliknya. Ini akan memperkuat integrasi ekonomi kawasan dan meningkatkan arus wisata.
QRIS juga akan dihubungkan dengan teknologi blockchain dan Central Bank Digital Currency (CBDC) yang sedang dikembangkan BI. Kombinasi ini diyakini bisa menciptakan sistem pembayaran masa depan yang lebih cepat, murah, dan transparan.
Penutup: Menuju Ekonomi Digital yang Inklusif
Transformasi Besar Dunia Pembayaran
QRIS Transaksi Ritel 2025 membuktikan bahwa Indonesia berhasil mempercepat transformasi ke ekonomi digital secara luas. Pembayaran bukan lagi hambatan, tapi motor pertumbuhan ekonomi baru.
Arah Menuju Cashless Society
Dengan dukungan regulasi, edukasi, dan teknologi yang tepat, Indonesia berpeluang menjadi salah satu negara paling maju di Asia Tenggara dalam penerapan pembayaran digital terpadu berbasis QR.
📚 Referensi